Bertempatdi Gedung Pusat lantai 7 Universitas PGRI Semarang. Teater Gemma menyajikan dua kali pementasan, yaitu pada pukul 15. 00 dan 19. 00 dengan lakon yang sama. Lakon Jaka Tarub ini dirasa mampu untuk memberi contoh kepada masyarakat muda khususnya untuk menemukan kembali jati diri mereka. Memberikan contoh betapa pentingnya arti kejujuran.
Dalamlakon drama " Jaka Tarub" pesan yang ingin disampaikan adalah A. Anak tidak boleh durhaka kepada orang tua terutama ibu B. Kita tidak boleh melihat seseorang dari luarnya saja C. Sesama manusia harus saling tolong-menolong D. Berbohong akan menimbulkan kecelakaan pada diri sendiri E. Kaum muda harus menjauhi narkoba 8.
Pesanmoral dari cerita rakyat "Ande Ande Lumut" yang berasal dari jawa timur ini adalah, kita harus bisa menjaga kehormatan diri, seperti Klenting Kuing yang dengar pintarnya berhasil mencari cara supaya tidak mau dicium oleh yuyu kangkang. Dan kita juga tidak boleh malas dalam melakukan pekerjaan, juga tidak boleh kasar dan tidak boleh seenaknya menyuruh orang.
SEORANGPENGGUNA TELAH BERTANYA 👇 Sinopsis dan buat lah pesan moral dari cerita jaka tarub INI JAWABAN TERBAIK 👇 Jawaban yang benar diberikan: xaxajah Synopsis : hanya lewat kami baru saja bikin ebook tentang verifikasi paypal tanpa kartu kredit dan vcc. ebooknya bisa didownload disini. gratis! berandabudaya hubungan itu harus dimulai dengan kejujuran anda pasti []
1111.2016 Seni Sekolah Menengah Pertama terjawab Dalam lakon drama jaka tarub pesan yang ingin disampaikan adalah a anak tidak boleh duharka kepada orang tua b sesama manusia harus tolong menolong c berbohong akan menimbulkan kecelakaan pada diri sendiri d kaum muda harus menjauhi narkoba mohon dibantu.. Iklan Jawaban 4.4 /5 47
Vay Tiền Trả Góp 24 Tháng. APRESIASI NASKAH DRAMA “JAKA TARUB” KARYA AKHUDIAT Yayang Eko Setyo W 115200012 FAKULTAS KEGURUAN ILMU DAN PENDIDIKAN PRODI BAHASA INDONESIA UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA 2011 Kata “drama” berasal dari bahasa Yunani draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, beraksi, dan sebagainya. Drama berarti perbuatan, tindakan atau action Harymawan, 19881. Tontonan drama memang menojolkan percakapan dialog dan gerak-gerik para pemain acting dipanggung. Drama sering disebut disebut sandiwara atau teater. Kata sandiwara berasal dari Jawa sandi yang berarti rahasia dan warah yang berarti ajaran. Sandiwara berarti ajaran yang disampaikan secara rahasia atau tidak terang-terangan. Mengapa? Karena lakon drama sebenarnya mengandung pesan/ajaran terutama ajaran moral bagi penontonnya.Asul Wiyanto, 2007 1-2. Drama sangat dekat dengan kenyataan hidup sehari-hari, seperti dikatakan Damono 1983151, “Hanya dalam pementasan, tokoh serta peristiwa dalam drama menjelma sungguh seperti dalam kehidupan manusia sehari-hari”. Karya drama merupakan cermin kehidupan manusia yang di dalamnya terdapat kesedihan, kejahatan, kebahagiaan, dan semua persoalan yang ada dalam kehidupan. Pengarang menampilkan pelaku-pelakunya dengan menggunakan laku, gerak, dan dialog untuk mengungkapkan emosi dan pertikaian atau konflik antara pelaku-pelakunya dalam cerita. Berdasarkan beberapa teori tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa drama adalah kisah kehidupan manusia yang dikemukakan di pentas berdasarkan naskah, menggunakan percakapan, gerak laku, unsur-unsur pembantu dekor, kostum, rias, lampu, musik, serta disaksikan oleh penonton. Perkembangan drama di Indonesia pesat. Hal ini terlihat dari banyaknya pertunjukan drama di televisi maupun drama pentas. Begitu populernya drama dalam kehidupan, sehingga semua orang merasa sudah mengerti dan memahami sebuah drama. Minat masyarakat terhadap pementasan drama timbul dari kebutuhan jiwa yang memerlukan hiburan sebagai pelepas ketegangan atau sebagai pengisi waktu senggang. Di dalam khazanah kesusatraan Indonesia modern, para pencinta drama tidak merasa asing dengan nama besar Rendra, Putu Widjaya, Arifin C. Noor, atau Nano Riantiarno. Jawa Timur juga memiliki seorang Akhudiat, dramawan nasional, aktif dalam Bengkel Muda Surabaya yang dikenal produktif era- 70-an. Bahkan lima naskah dramanya memenangkan hadiah pada lomba penulisan naskah drama Dewan keseniaan Jakarta 1972 – 1977. Adapun lima naskah tersebut adalah Graffito tahun 1972, Jaka Tarub 1974, Rumah Tak Berasap Rumah Tak Beratap 1974, Bui 1975, dan RE 1977. Berkat kelima naskah dramanya tersebut, Akhudiat berkesempatan mengeyam pendidikan di International Writing Program, Universitas of Lowa, USA, pada tahun 1975. Teater pimpinan Akhudiat terkenal karena rombongan kentrungnya dengan pementasan kostum dan struktur cerita modern. Akhudiat dalam Jaka Tarub memadukan unsur modern dengan tradisional, yaitu memasukan unsur kentrung di dalam karyanya. Unsur kentrung ini mampu menghidupkan suasana dengan warna kedaerahannya. Drama Jaka Tarub karya Akhudiat sebagai produk karya sastra tidak bisa lepas dari penulis, pembaca, kenyataan, sistem sastra, dan sejarah sastra. Menurut Wellek dan Warren dalam Budianto, 200182-83 secara jelas menyebutkan bahwa ada tiga sudut pandang terhadap biografi atau riwayat hidup yang perlu dibedakan, yaitu . biografi dapat menerangkan dan menjelaskan proses penciptaan karya sastra yang sebenarnya . biografi dapat mengalihkan pusat perhatian dari karya sastra kepada pengarang secara pribadi . biogarfi dapat diperlukan sebagai bahan untuk ilmu pengetahuaan atau psikologi penciptaan artistik. Dari ketiga sudut pandang di atas, yang mungkin yang pertama, yang meiliki manfaat lebih bagi sastra pada umumnya. Untuk memahami naskah drama secara lengkap dan terinci dari segi struktur, maka teori yang dipakai untuk mengkaji alur adalah bahwa alur terbagi dalam tiga jenis, yaitu sirkuler, linear, dan episodic Waluyo, 200312. Babak dan adegan membedakan teks drama dengan karya satra yang lain. Menurut Sumarjo 1986136 suatu babak dalam naskah drama adalah bagian dari naskah drama yang merangkum semua peristiwa yang terjadi di satu tempat pada urutan waktu tertentu, dan suatu adegan adalah bagian dari babak yang batasnya ditentukan oleh perubahan peristiwa berhubungan dengan datang atau perginya seorang tokoh cerita ke atas pentas. Pada naskah drama, pembabakan ditandai dua hal, yaitu latar atau settingd dan permasalahan pokok yang dibicarakan para pemain. Alur merupakan jalinan cerita dari awal hingga akhir yang merupakan jalinan konflik antara dua tokoh yang berlawanan. Pelukisan awal drama Jaka Tarub memang sedikit mengejutkan bagi pembaca. Tokoh Jaka Tarub dalam drama ini bukan gambaran tokoh Jaka Tarub yang asli. Bahkan, jalinan cerita telah didekonstruksikan oleh pengarang. Konflik mulai muncul pada saat Jaka Tarub mulai mencari Nawang Wulan. Dalam bayangan pembaca, Nawang Wulan adalah bidadari yang cantik, lembut, dan kehilangan selendang saat mandi. Namun, dalam drama ini Nawang Wulan berbeda. Dalang Ha? Ampun, nak ... histeris Dimana anakku Wulan? Dimana? Dimana Wulan? Oh Wulan .... Jaka Tarub Entah. Kami pisah sesudah kebun kangkung Dalang Laki-laki tanpa kelembutan Jaka Tarub Dia ngajak pisah. Kami harus tahu, perempuan sekarang tidak mau dibuntuti laki-laki melulu. Saya senang sikap demikian tanpa menyakitkan hati ............ Tujuh Perempuan melambungkan sayap-sayap ke udara. Menari buka pakaian Jaka Tarub turun dari tebing di latar belakang. Mengendap, mengumpulkan barang-barang perempuan, dibuntal dalam kain panjang, dipanggul di punggung kayak maling/kampung. Akan melangkah Nawang Wulan masuk dari kiri. Pakaian over all, montir, bagian atas backless. Nyangklong tas pelancong Jaka Tarub masuk dai kanan. Membenahi kancing celana. Membalikan badan Nawang Wulan Kenapa celana kau? Nggak beres? Jaka Tarub Anak-anak keterlaluan bergurau. Sampai celana segala dicopot Jaka Tarub9 Alur cerita bergerak dengan hilangnya selendang para bidadari, salah satunya adalah selendang Nawang Wulan. Dalam cerita lazimnya, Nawang Wulan tunduk pada perintah Jaka Tarub, namun dalam drama ini justru para bidadarilah yang mengejar dan memperkosa Jakab Tarub. Karena itu Dalang si penggerak cerita menjadi bingung dengan jalinan cerita yang ada. Adapun klimaks cerita adalah kepergian Nawang Wulan meniti karir menjadi artis meninggalkan Jaka Tarub. Jika diruntut, maka drama Jaka Tarub mempunyai unsur exposition, komplikasi, klimaks, dan resolusi serta termasuk kategori alur linear, yaitu cerita bergerak secara berurutan dari A-Z. Didalam naskah drama terdapat babak-babak dan setiap babak terbagi menjadi beberapa adegan. Babak dan adegan membedakan teks drama dengan karya sastra yang lain. Jika dipentaskan biasanya pergantian babak ditandai dengan naik turunnya layar atau padamnya lampu, sedangkan pergantian adegan biasanya ditandai dengan pergantian pemain. Pada naskah drama pembabakan ditandai dua hal, yaitu latar atau setting dan permasalahan pokok yang dibicarakan para pemain. Tipe drama menurut Riantiarno 20038-9 ada sembilan, yaitu tragedi, komedi, trigikomedi, melodrama, farce, parodi, satire, musikal, dan opera. Drama Jaka Tarub termasuk tipe drama parodi, yaitu fakta dan kenyataan yang diputarbalikan dengan maksud untuk dijadikan bahan tertawaan dan orang biasanya mengenal tokoh, fakta atau kenyataan itu sebagai komunikasi yang terjalin. Jaka Tarub karya Akhudiat merupakan drama parodi yang terdiri atas dua babak. Babak pertama, menceritakan tentang siapa tokoh Jaka Tarub, bagaimana sepak terjang dan prnampilannya. Diceritakan juga bahwa Nawang Wulan dan beberapa bidadarilah yang memerkosa Jaka Tarub. Dalam babak atau ini banyak adegan-adegan konyol dilakukan para tokohnya. Babak dua, bercerita tentang keberadaan tokoh Macan yang ingin memperkenalkan Nawang Wulan dengan seorang produser film yang ingin mempopulerkan Nawang Wulan menjadi artis. Ternyata keinginan Nawang Wulan untuk menjadi artis tidak mendapat tanggapan dari Jaka Tarub, bahkan ia menentang dan ingin membawa pergi Nawang Wulan. Tokoh-tokoh dalam drama Jaka Tarub antara lain Jaka Tarub, Nawang Wulan, Dalang, Macan, Produser Film, Koor Kentrung, Perempuan 1-6. Tokoh utama dalam drama ini adalah Jaka Tarub, karena ia banyak berhubungan dan dikenai permasalahan di dalam cerita. Selain itu, Jaka Tarub merupakan tokoh yang sering muncul dalam keseluruhan adegan drama. Tokoh yang tidak boleh diabaikan keberadaannya adalah tokoh bawahan, karena merupakan pendukung dan selalu membantu perkembangan jalan cerita atau peristiwa. Tokoh-tokoh yang ditampilkan dalam drama Jaka Tarub mempunyai potensi untuk melakukan tindakan atau perbuatan, dan tindakan tersebut dapat diketahui melalui dialog-dialog yang diucapkan tokoh, dan selanjutnya memberi gambaran tentang karakter masing-masing tokoh. Dalam drama Jaka Tarub, cara yang digunakan pengarang untuk mengetahui watak masing-masing tokoh dengan cara dramatik, yaitu pembaca dapat mengetahui watak tokoh melalui dialog-dialog yang diucapkan. Jaka Tarub adalah tokoh utama yang sekaligus dipakai sebagai judul cerita Tarub dalam drama karya Akhudiat ini berbeda dengan tokoh Jaka Tarub dalam dongeng Jawa. Akhuidat menghidupkan kembali warna daerah dengan dibumbui selera masa kini. Jaka Tarub berwatak bulat atau round character , di awal cerita digambarkan sebagai tokoh yang acuh terhadap lingkungan sekitarnya. Bahkan dengan tokoh Dalang sebagai pencerita, Jaka Tarub terkesan tidak peduli. Jaka Tarub masuk di tempat bermain, berpakaian mode anak muda dan mencaklong ransel pelancong di punggung Dalang tercengah-cengah Jaka Tarub acuh tak acuh mendekati Dalang, diangkatnya berdiri, dibawah tempat bermain Kakek,kek,kek... membangunkan orang tidur-duduk. Sudah kek, bangun kek...... Jaka Tarub Saya sumpek di musium, Kakek. Ketika kau panggil aku aku dan kau bangkitkan dari mati-wayang bukan kepala dalam himpitan kitab- kitab tebal,meloncat lewat jendela belakang dan lari di semak-semak kayukangkung. Kali pertama muncul dalam cerita tokoh Jaka Tarub terkesan acuh dengan keadaan sekitarnya,termasuk kepada Dalang yang ia sebut sebagai kakek. Seiring bergulingnya waktu, perkembangan watak tokoh Jaka Tarub semakin tampak. Jaka Tarub menjadi tokoh yang tidak mau diatur dan berbuat sesuka hatinya. Jaka Tarub Terlambat, pak Dalang. Sudah kubangunkan. Kami bersama meloncat di jendela ketika penjaga musium terkantuk-kantuk di kursi JakaTarub Dia mengajak pisah. Kau harus tahu,perempuan sekarang tidak mau dibuntut laki-laki melulu. Saya senang sikap demikian. Tanpa saling menyakitkan hati. Kami habis....berbisik ke Dalang Jaka Tarub 30-31 Jaka Tarub Bakar saja Kitabmu. Tidak bisa menolong sama sekali. Jaka Tarub dengan suara cengeng Betul Koor Masih cinta, kejarlah. Jika tidak minggatlah. Jangan toleh belakang. Dalang Jaka menimang si anak duduk di lesung ........ Jaka Tarub O Wulan. Tidak kusangka. Baiklah. berkemas-kemas Dalang Ke mana Jaka? Jaka Tarub Minggat Jaka Tarub Tak sudi mati kususul Wulan. Kucuri! Jaka Tarub 66-67 Karakter tokoh Jaka Tarub berubah ketika mendapati Nawang Wulan pergi meninggalkanya. Perasaan sedih dan marah bercampur aduk menyelimuti hati Jaka Tarub. Perubahan watak yang dialami Jaka Tarub tersebut, maka ia dikategorikan berwatak bulat. Tokoh Nawang Wulan dalam drama Jaka Tarub adalah tokoh bawahan yang mendukung keberadaan tokoh utama. Tokoh Nawang Wulan berwatak datar atau flat character. Nawang Wulan dalam drama ini terkesan tomboi dan keras hati serta gaya bicaranya ceplas-ceplos. Nawang Wulan Masuk dari kiri. Pakaian over all, montir, bagian atas backless. Nyangklong tas pelancong. Nawang Wulan Kenapa celana kau? Nggak beres? Jaka Tarub Anak-anak keterlaluan bergurau. Sampai celana segala dicopot. Nawang Wulan Penyakit turunan kambuh ya, Bung? ketawa Jaka Tarub balik bertanya Kamu dari mana ngelayap? Nawang Wulan ketawa Sama seperti kau. Jaka Tarub 39 Kutipan data di atas memperlihatkan karakter Nawang Wulan yang berpenampilan maskulin atau kelaki-lakian dan gaya bicaranya ceplas-ceplos jauh dari kelembutan, selain itu watak keras hati Nawang Wulan tidak berubah dari awal sampai akhir cerita. Drama Jaka Tarub karya akhudiat ini tergolong jenis drama parodi. Jalan cerita Jaka Tarub sangat berbeda dengan cerita Jaka Tarub aslinya. Alur cerita dan karakter tokoh sudah mengalami perubahan dan terjadi dekonstruksi, yaitu unsur dan bentuk-bentuk dalam karya drama yang dicari dan dipahami justru dalam arti kebalikannya. Dalam pengertian ini, drama Jaka Tarub mengalami pemutarbalikan fakta yang sebenarnya. Berikut kutipan data yang menjelaskan hal tersebut Dalang Pakaianmu? Kenapa ganti koboi begini? Jaka Tarub O-hoh, tukar tambah di butik Monel. Cara Perancisnya BOUTIQUE DE MONELE. Mereka demam mode kuno. Lihat aku dapat tukar 20 baju, 20 celana, 20 sepatu, 20 ikat pinggang, 20 bunddel cek pelancong, dan deposit di bank. Dengan barang-barang ini bola bumi di tangan. Dalang Calon gelandangan Jaka Tarub Seperti ramalan orang-orang pinter masa depan adalah Kebudayaan mobil. Saya siap dari sekarang. Dalang Rusak, rusak ..... Jaka Tarub 28-29 Nawang Wulan Jangan mengira kerja kami di butik melulu buka baju tukar celana, pamer paha buka dada atau obral gosip. Ketawa itu kan model-model yang kepalanya bencong, merusak profesi. Jaka Tarub Aku belajar tari pergaulan Nawang Wulan Sambil celana kau copot Jaka Tarub Jadi kau dapat kerja model? Nawang Wulan Jangan sela dulu. Aku ingin ketawa puas-puas. Jaka Tarub 40 Selama ini, pembaca pasti tahu bahwa tokoh Jaka Tarub adalah seorang lugu yang mencuri selendang bidadari bernama Nawang Wulan. Namun, dalam cerita drama Jaka Tarub karya Akhudiat ini ada pemutbalikan fakta tentang jalan cerita maupun pribadi para tokoh-tokohnya. Jaka Tarub versi Akhudiat lebih modern, lebih kurang ajar, dan yang lebih diutamakan masalah duniawi saja. Alasan itulah yang melatarbelakangi drama Jaka Tarub bertipe parodi. Dalam Jaka TarubI, dialog yang dimunculkan sebagai besar dialog-dialog pendek. Adapun ragam bahasa yang dipakai oleh pengarang adalah ragam bahasa lisan yang cenderung bercampur dengan bahasa daerah atau bahasa asing. Pilihan kata atau diksi drama Jaka Tarub sangat jauh dari bahasa yang baik dan benar, campur kode masih mendominasi dalam dialog tokohnya. Berikut kutipan beberapa data tentang pilihan kata yang digunakan Akhudiat dalam Jaka Tarub. Nawang Wulan Asal mata ijo kau tidak sering kambuh. Hei lama-lama kau senewen. Dan butuh seorang Brouwer, psichiater. Kau jenis voyyeurist. Jaka Tarub 39-40 Macan Bukan singa MGM dari Hollywood, atau Esso/Exxon pengeruk minyak, atau si kumbang Luhdoyo Tulungagung. Macan Bukan. Juga tidak simbah. Opo kuwi? Aku isih teenager, kok, Belum kakek-kakek. Jangan ngawer, mas Dalang. Jaka Tarub55 Kutipan di atas menunjukan beberapa dialog yang dilakukan tokoh drama Jaka Tarub. Dalam drama Jaka Tarub pilihan kata yang dipakai pengarang banyak menggunakan ragam bahasa lisan bercampur bahasa asing dan bahasa daerah yang tidak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Namun, diksi semacam itu menimbulkan seuasana segar dan memancing keingintahuan pembaca untuk mengetahui jalan cerita seutuhnya. Dalam drama Jaka Tarub ada juga dialog batin atau interior dialogue, yaitu dialog yang dilontarkan seorang tokoh dalam hatinya. Ada juga yang disebut dialog pemancing atau feed. Berikut contoh kutipan dialog batin tokoh dan dialog pemancing yang terdapat dalam drama Jaka Tarub. Jaka Tarub melawan suara hatinya Tidak, Tidak, TIDAK! O Wulan Dalang memotong jangan dulu berpikir kalau begitu tidak usah adegan bidadari turun mandi. Jaka Tarub Pakai, ah. Perlu. Kami habis …. Jaka Tarub31 Dialog batin dan dialog pemancing memang tidak mendominasi cerita, hanya muncul pada adegan-adegan tertentu untuk membuat ketegangan cerita dan membuat pembaca bertanya-tanya tentang kelanjutan cerita tersebut. Selain dialog, drama Jaka Tarub juga memunculkan cerita lebih jelas dan dramatis. Berikut kutipan datanya. Monolog Dalang Maka si bulan seperti roda cikar bundar merah di timur. Ketika sungkup bumi adalah malam. Kau timang bayimu di ranjang kau ikat sapimu dikandang kau bakar nyamuk dengan racun seperti kini kubakar danyang-siluman bakar kemenyan Jaka Tarub24 Monolog diucapkan oleh Dalang sebagai pengendali cerita. Selain itu, pengarang mengibaratkan cerita Jaka Tarub seperti lakon wayang yang alurnya diatur oleh Dalang. Monolog yang ditampilkan tokoh Dalang dalam Jaka Tarub memang berbeda dari drama kebanyakan. Drama ini lebih menonjolkan warna kedaerahan, khususnya seni wayang dan kentrung. Monolog Dalang hanya sebagai pembuka lakon Jaka Tarub. Drama Jaka Tarub tidak mempunyai prolog, hanya suara music kentrung dan nyanyian lagu dolanan untuk mengawali cerita. Setelah dianalisis secara intens, tampak keterjalinan unsur-usnur dalam Jaka Tarub, mulai dari alur sampai dengan dialog yang dilontarkan oleh tokoh-tokohnya. Dalam drama Jaka Tarub, Akhudiat tidak sekadar menawarkan hiburan kepada pembaca, tetapi juga menghadirkan hasil renungan yang dalam dan gayut dengan masalah social budaya. Struktur drama Jaka Tarub yang dianalisis meliputi alur, babak dan adegan, tokoh dan penokohan, tipe drama, sertaa dialog. Alur dalam drama Jaka Tarub karya Akhudiat mempunyai unsur pelukisan awal atau exposition, pertikaian awal atau komplikasi, titik puncak cerita atau klimax, dan penyelesaian atau resolusi. Pembabakan drama Jaka Tarub ditandai dengan bergantian latar/setting dan permasalahan pokok yang dibicarakan. Tokoh-tokoh dalam drama Jaka Tarub sebagian besar berwatak datar atau flat character. Watak para tokoh dapat diketahui melalui cara dramatic, yaitu penafsiran pembaca terhadap perlakuan tokoh, perkataan, lingkungan, dan unsur yang dipikirkan tokoh-tokoh lain. Selain itu, watak tokoh dalam drama Jaka Tarub dapat diketahui melalui dialog yang diucapkan para tokohnya. Jaka Tarub termasuk kategori drama parody, yaitu lebih banyak mengetengahkan tentang pemutarbalikan fakta. Pilihan kata Akhudiat jauh dari ragam bahasa yang baik dan benar, namun drama Jaka Tarub kelihatan lebih “hidup” ketika memunculkan dialog-dialog dalam bahasa asing dan bahasa Jawa. Daftar Pustaka Akhudiat. 1974. Jaka Tarub. Surabaya Dewan Kesenian Jawa Timur DKJT. Soemanto, Bakdi. 2001. Jagad Teater. Yogyakarta Media Pressindo. Sumarjo, Jacob & Saini 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta Gramedia. Waluyo, Herman J. 2003. Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta Hanindita. Wellek, Rene & Austin Warren. 2001. Teori Kesustraan. Diterjemahkan oleh Melani Budianta. Jakarta Gramedia.
Betapa beruntung anak-anak yang hidup dan besar pada abad ini. Mereka dengan mudah dapat memilih permainan apa saja yang mereka sukai. Permainan yang menarik dari segi penampilannya pun begitu gencar ditawarkan dalam berbagai gaya dan cara. Asyiknya permainan mutakhir tersebut rupanya telah menggeser sebuah nilai berharga yang biasa terselip dalam permainan tradisional. Permainan membuat anak lupa akan nasihat yang terselip dalam acara bermain. Permainan itu sedikit banyak telah menggeser kedudukan kebiasaan nenek moyang kita untuk menyampaikan hakikat dalam bermain, yang biasanya disampaikan dalam bentuk dongeng, cerita, atau pantun. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita tersebut dapat tersampaikan dengan halus kepada anak dan terekam dengan baik dalam disket bawah sadar anak. Anak tidak akan merasa digurui atau dilarang ini-itu. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita atau bentuk karya sastra lainnya begitu tersembunyi. Namun, kita dapat menangkap nilai tersebut dari, di antaranya, beberapa unsur cerita, seperti gerak-gerik tokoh, latar yang digunakan, dan lain-lain. Nilai apa saja yang terkandung dalam cerita anak? Tulisan ini akan mengungkapkan beberapa nilai yang terdapat dalam beberapa cerita anak, baik tradisional maupun modern.
Sebuah tari dapat diiringi dengan alat musik ataupun menggunakan anggota tubuh. Pendiam di suatu cosplay anime jadi saya harus menghayati peran tersebut agar pesan moral yang ingin disampaikan itu bisa sampai kepada yang menonton. Dalam Lakon Drama Jaka Tarub Pesan Yang Ingin Disampaikan Adalah A Anak Tidak Boleh Duharka Kepada – Sebuah sajian drama yang menarik dan bermutu adalah memiliki pesan moral yang ingin disampaikan kepada penonton. Dalam Lakon Drama Jaka Tarub Pesan Yang Ingin Disampaikan Adalah. Salah satu unsur intrinsik drama ialah amanat atau pesan moral. Mandat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan pembaca kepada pembaca. Secara tidak langsung memiliki pesan agar. Barang siapa yang pandai bersyukur, niscaya allah melipatgandakan kenikmatannya. berdasarkan penjelasan tersebut, maka amanat yang ingin disampaikan pada drama di atas yaitu kita harus mensyukuri hal yang sudah ada sekarang. Tokoh utama dalam drama ini adalah jaka tarub, karena ia banyak berhubungan dan dikenai permasalahan di dalam cerita. Dalam cerita, pesan yang ingin disampaikan oleh penulis disebut. Menyajikan hiburan bukan berarti tidak bisa memberikan nasihat atau pesan moral kepada pembacanya. Secara rinci perkembangan plot drama ada 6 tahap, yaitu Pesan yang ingin disampaikan dalam iklan tersebut adalah. Pesan pengarang itu disebut amanat. Pesan yang ingin disampaikan dalam iklan tersebut adalah. Di bawah ini, saya akan menunjukkan tiga cara yang dipakai oleh bapak literatur fantasi dunia, Drama adalah jenis karya sastra yang menggambarkan kehidupan manusia dengan gerak. Pertanyaan tersebut merupakan soal halaman 3, buku tematik terpadu kurikulum 2013 edisi revisi 2022. “ini pesan penting meskipun panjang, kau akan mudah mengingatnya karena kau istimewa.” •akhirnya mana yang lebih mudah? Adakah pesan yang disampaikan oleh penulis? Sebuah cerita tentang orang yang terus berusaha walaupun banyak seklai kesulitan, rintangan, dan cobaan yang menghadang. Karena dengan bersyukur niscaya allah lipat gandakan kenikmatannya. Unsur yang mempengaruhi terciptanya sebuah cerita dari dalam sebuah cerita disebut. Dalam kamus besar bahasa indonesia amanat ialah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar. Selain itu, jaka tarub merupakan tokoh yang sering muncul dalam keseluruhan adegan drama. Detail pesan yang disampaikan pengarang dalam suatu cerita disebut pdf dapat kamu nikmati dengan cara klik link download dibawah dengan mudah tanpa iklan yang mengganggu. Pesan yang disampaikan dalam setiap pertunjukkan adalah…. Halaman 3 tersebut terdapat pada pembelajaran 1, subtema 1 penemu yang mengubah dunia, tema 3 tokoh dan penemuan. Alur adalah jawaban yang kurang tepat, karena sudah terlihat jelas antara pertanyaan dan jawaban tidak nyambung sama sekali. Pesan yang disampaikan oleh penyair tersebut dapat ditinjau oleh pembaca saat ia telah memahami tujuan dari tema puisi tersebut. 2 konflik, tahap ini adalah tahap kejadian. Mengajak masyarakat minum teh botol. Bagas dikisahkan sebagai tokoh yang ingin mendapatkan. Di dalam sebuah karya fiksi seperti puisi, cerpen maupun novel ceritanya mengandung berbagai pesan / nasehat / gagasan yang ingin disampakan kepada pembaca. Artinya setip bagian atau unsur yang ada menunjang kepada usaha pengungkapan isi hati sastrawan. Contoh iringan tari menggunakan anggota tubuh adalah. Dilansir dari ensiklopedia, pesan yang ingin disampaikan pengarang dalam naskah drama disebut amanat. Insiden inilah mulai plot drama. Seperti karakter hinata dalam kartun naruto, disini hinata adalah sosok yang pendiam dan terlihat lemah tetapi sebenarnya hinata adalah sosok yang pemberani, setia kawan dan pengasih. Dikisahkan pada zaman dahulu ada seorang pemuda yang sopan, baik, dan rajin bernama jaka tarub. Semua soal ★ smp kelas 8 / pas bahasa indonesia smp kelas 8. Menonton pertunjukan drama dapat menjadi hiburan untuk melepaskan penat bagi banyak orang. Tidak ada gunanya menyesal berkepanjangan. Lakon drama yang baik selalu mengandung konflik, plot adalah jalan cerita drama. Sebenarnya, karena insiden merupakan konflik yang menjadi dasar. Amanat pesan yang ingin disampaikan penulis melalui ceritanya 8. Mengajak masyarakat minum teh botol b. Kselarasan [harmony], artinya berkenan dengan hubungan satu unsur dengan unsur lain, harus saling menunjang dan mengisis bukan menggangu atau mengaburkan. 1 eksposisi, tahap ini disebut tahap perkenalan, karena penonton mulai. Pada kalimat mana pesan akan lebih sukses disampaikan? Dalam Lakon Drama Jaka Tarub Pesan Yang Ingin Disampaikan Adalah 2 Naskah Drama Bahasa Inggris Jaka Tarub Dan Tujuh Bidadari – Jagoan Bahasa Inggris Toplist Tag Dalam Lakon Drama Jaka Tarub” Pesan Yang Ingin Disampaikan Adalah Desya Wibawa Analisis Naskah Drama “Jaka Tarub” Top 9 Dalam Lakon Drama Malin Kundang Pesan Yang Ingin Disampaikan Adalah 2022 Lukisan Visualisasi Tokoh Nawang Wulan Dalam Pertunjukan Jaka Tarub Sutradara Maya Rosalinda Krishadianti. Oleh. Aulina Umazah Makalah Drama1 Teater Pdf Ajaran Moral Islam Yang Terkandung Dalam Lakon Jaka Tarub Pada Kesenian Kentrung Di Tulungagung – Institutional Repository Of Iain Tulungagung Suatu Pesan Yang Ingin Disampaikan Sebuah Pementasan Pantomim Kepada Penontonnya Disebut Dengan Ajaran Moral Islam Yang Terkandung Dalam Lakon Jaka Tarub Pada Kesenian Kentrung Di Tulungagung – Institutional Repository Of Iain Tulungagung Ajaran Moral Islam Yang Terkandung Dalam Lakon Jaka Tarub Pada Kesenian Kentrung Di Tulungagung – Institutional Repository Naskah Drama Jaka Tarub Tradisi Dan Modernitas Dalam Cerita Rakyat Jaka Tarub Dan Naskah Drama Jaka Tarub Karya Akhudiat – Detdickaydb Dalam Lakon Drama Jaka Tarub Pesan Yang Ingin Disampaikan Adalah Teater Pdf Teater Pdf
ArticlePDF AvailableAbstractThe paper examines the transformation of “Jaka Tarub”, a folktale contained in Babad Tanah Jawi, into the play Jaka Tarub by Akhudiat. Jaka Tarub by Akhudiat is a two-act play that is parodic in style. The play won the 1974 Jakarta Arts Council Playwriting Competition. The aim of the paper is to study how the tale is interpreted and reconstructed into Indonesian contemporary literature. The transformation of the tale is analyzed from a new historicist perspective. The analysis suggests that the history of a nation can be read through its literature since New Historicism sees that texts and history are always, inevitably, interrelated. Based on such a perspective, there is no longer such a thing as a single absolute “historical reality”. Instead, there are always different versions and perspectives to history. Akhudiat’s reinterpretation and reconstruction of the folktale represents Indonesia in the 1970s. Seen in this light, an Indonesian literary text that reflects history can be regarded as another version of history. Thus, New Historicism offers an appropriate approach to study such a literary text because it is through a New Historicist approach to reading that realities unwritten in mainstream texts of history become accessible to the reader or audience. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. 37 REINTERPRETASI DAN REKONSTRUKSI DONGENG JAKA TARUB DALAM DRAMA KARYA AKHUDIAT SEBUAH PEMBACAAN NEW HISTORICISM Reinterpretation and Reconstruction of Jaka Tarub Tale in Akhudiat’s Play A New Historicism Reading Lina Meilinawati Rahayu, Aquarini Priyatna, Rasus Budhyono Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Hegarmanah, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat 45363 Posel Naskah diterima tanggal 11 Desember 2018—Direvisi tanggal 24 Juni 2019—Disetujui tanggal 30 Juni 2019 Abstract The paper examines the transformation of “Jaka Tarub”, a folktale contained in Babad Tanah Jawi, into the play Jaka Tarub by Akhudiat. Jaka Tarub by Akhudiat is a two-act play that is parodic in style. The play won the 1974 Jakarta Arts Council Playwriting Competition. The aim of the paper is to study how the tale is interpreted and reconstructed into Indonesian contemporary literature. The transformation of the tale is analyzed from a new historicist perspective. The analysis suggests that the history of a nation can be read through its literature since New Historicism sees that texts and history are always, inevitably, interrelated. Based on such a perspective, there is no longer such a thing as a single absolute “historical reality”. Instead, there are always different versions and perspectives to history. Akhudiat’s reinterpretation and reconstruction of the folktale represents Indonesia in the 1970s. Seen in this light, an Indonesian literary text that reflects history can be regarded as another version of history. Thus, New Historicism offers an appropriate approach to study such a literary text because it is through a New Historicist approach to reading that realities unwritten in mainstream texts of history become accessible to the reader or audience. Keywords reinterpretation, reconstruction, folktale, transformation PENDAHULUAN Jaka Tarub adalah salah satu cerita rakyat dari Jawa Tengah. Mengisahkan pemuda gagah yang konon memiliki kesaktian. Ia sering keluar masuk hutan untuk berburu di kawasan gunung keramat. Di gunung itu terdapat sebuah telaga. Tanpa sengaja, ia melihat dan kemudian mengamati tujuh bidadari sedang mandi di telaga tersebut. Karena terpikat oleh para bidadari tersebut, Jaka Tarub mengambil salah satu selendang milik salah seorang bidadari. Ketika para bidadari selesai mandi, mereka siap kembali ke kahyangan. Salah seorang bidadari -karena tidak menemukan selendangnya- tidak dapat kembali. Dia ditinggalkan kawan-kawannya. Jaka Tarub lalu muncul untuk menolong. Bidadari yang bernama Nawang Wulan itu bersedia ikut pulang ke rumah Jaka Tarub karena hari sudah senja. Singkat cerita mereka menikah dan memiliki seorang putri yang dinamai Nawangsih. Sebelum menikah, Nawang Wulan membuat kesepakatan dengan Jaka Tarub agar tidak bertanya tentang apa pun kebiasaannya setelah menjadi istri. Salah satu rahasinya adalah menanak nasi hanya dengan satu butir beras, tetapi dari satu butir itu menghasilkan nasi yang banyak dan cukup untuk makan sekeluarga. Jaka Tarub sangat penasaran, tetapi tidak Suar Bétang Vol. 14, No. 1, Juni 2019, halaman 37—44 ISSN 1907-5650 38 menanyakan langsung. Diam-diam dia membuka tutup penanak nasi. Akibat, kesaktian Nawang Wulan hilang. Sejak itu ia harus menanak nasi seperti umumnya wanita begitu, persediaan beras di lumbung cepat habis. Ketika persediaan beras hampir, Nawang Wulan menemukan selendangnya di dasar lumbung yang disembunyikan oleh suaminya. Nawang Wulan marah dan kecewa mengetahui bahwa suaminya yang telah menyembunyikan selendangnya dan mengancam akan meninggalkan suaminya. Jaka Tarub memohon, tetapi Nawang Wulan tetap pergi meninggalkannya. Kisah Jaka Tarub memiliki banyak versi, namun versi yang standar, yang juga tertera dalam Babad Tanah Jawi sebagaimana tertera pada Babad Tanah Jawi, memiliki alur sebagai dalah yang sudah dipaparkan di atas. Jaka Tarub merupakan salah satu cerita rakyat folklore di Tanah Jawa. Kapan cerita ini lahir tidak dapat diketahui secara pasti. Sebagaimana umumnya, folklor bersifat anonim dan menjadi milik bersama dari masyarakat tertentu. Hal ini diakibatkan karena penciptanya yang pertama sudah tidak diketahui lagi sehingga setiap anggota masyarakat yang bersangkutan merasa memilikinya Danandjaja, 2002. Danandjaja 2002 menyebutkan bahwa folklor bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum. Begitu pun kisah Jaka Tarub. Namun, akan hal ini Saini menegaskan bahwa peristiwa-peristiwa yang tidak masuk akal tidak perlu dipedulikan benar karena manfaat atau nilai cerita tidak terganggu. Di samping itu, peristiwa-peristiwa aneh itu sering merupakan perlambang. Yang dimaksud perlambang oleh Saini tentu berkaitan dengan tanda-tanda yang dapat dimaknai lebih lanjut. Karya sastra yang memanfaatkan mitologi sudah berlangsung lama. Menurut Damono, sastra mendasarkan dirinya pada mitologi agar, di samping padat, mampu menjangkau khalayak yang sejak ribuan tahun lamanya sudah dibentuknya. Prometheus, Venus, Oedipus, dan Elektra –misalnya saja- menjadi sangkutan begitu banyak karya sastra yang dihasilkan bangsa-bangsa Eropa, yang kemudian menjangkau kesusastraan bangsa-bangsa lain. Dalam pandangan demikian boleh dikatakan bahwa pada dasarnya sastra adalah kelanjutan mitologi. Dalam tulisan lain, Damono, 2005 menjelaskan bahwa sastra agar bisa menjadi alat komunikasi yang efektif harus menyangkutkan diri pada mitologi. Dalam kesusastraan Indonesia beberapa pengarang memanfaatkan mitologi dalam karya-karyanya. Beberapa contoh bisa disebutkan antara lain Seno Gumira Adjidarma Wisanggeni, Mangunwijaya Roro Mendut, Ajip Rosidi Roro Mendut, Saini Ken Arok, Pramudya Ananta Toer Arok Dedes, Gunawan Muhamad Tentang Sinterklas, Sindhunata Anak Bajang Menggiring Angin, dan banyak lagi. Menurut Junus, 1981 karya sastra mungkin bertugas mengukuhkan mitos tersebut atau justru sebaliknya merombaknya. Berdasarkan uraian di atas, karya sastra yang memanfaatkan mitologi cukup banyak dan penelitian terhadapnya menjadi penting. Karena mitologi sudah dikenal luas dalam masyarakat, bisa diduga ada ―sesuatu‖, boleh jadi ideologi yang ingin disampaikan. Secara ringkas paling tidak dapat disebutkan dua hal yang menyebabkan karya sastra yang memanfaatkan mitologi penting untuk dikaji. Pertama, bagaimana pengarang memanfaatkan mitologi dalam karyanya. Apakah mitologi tersebut dimanfaatkan untuk dikukuhkan atau sebaliknya. Kedua, apakah maksud ideologis pengarang dengan memanfaatkan mitologi tersebut. Yang akan dijadikan objek dalam penelitian ini adalah drama Jaka Tarub karya Akhudiat yang mencantolkan dirinya pada kisah Jaka Tarub. Budianta mencoba melihat kontribusi New Historicism NH dalam sejarah kritik Rahayu, dkk. Representasi dan Rekonstruksi … 39 sastra di Barat dan apa yang ditawarkannya bagi kritik sastra Indonesia. Ada tiga pertanyaan yang coba dijawabnya dalam tulisan terkait kritik yang berkembang dalam dua dekade terakhir abad ke-20, kesatu, pembaharuan apa yang disumbangkan NH?, kedua, apakah NH menawarkan kemungkinan-kemungkinan baru bagi kajian sastra di Indonesia, dan ketiga, apa keterbatasananya? Dengan kata lain Budianta menjelaskan dengan terperinci tentang New Historicism. Greenblatt, 1989 melalui New Historicism menawarkan pembaharuan dalam bidang sejarah yang waktu itu masih dominan di Amerika. Dalam kaitan dengan penelitian di Indonesia hal ini belum banyak dilakukan selain pandangan terhadap sejarah masih mainstream. Artinya, teks lain yang juga menggungkapkan sejarah secara lebih benderang diabaikan karena dianggap fiksi. Selama ini, sejarah masih diliihat dari kacamata penguasa. Di bawah ini terlebih dahulu akan diuraikan penelitian-penelitian yang memakai pendekatan New Historicism dalam berbagai artikel dalam jurnal. Barry, 2002 menekankan bahwa teks-teks sastra dan nonsastra semuanya merupakan produk budaya. New Historicism merupakan pendekatan kritik sastra yang menekankan keterkaitan teks sastra dengan berbagai kekuatan sosial, ekonomi, dan politik yang melingkupinya. Pendekatan ini memungkinkan para peneliti memiliki peluang untuk memeriksa teks-teks sastra juga teks-teks nonsastra yang merepresentasikan persoalan yang sama. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa semua teks selalu merepresentasikan zamannya termasuk karya sastra dalam hal ini teks drama. Seperti yang dikemukakan Foucault, 2011 bahwa semua teks, termasuk wacana akademis suatu zaman atau representasi suatu zaman, muncul karena kondisi zamannya. Sastra tidak dapat lagi dipandang sebagai sesuatu yang keluar dari sejarah dan terapung di udara seperti sebuah entitas yang terasing dan terpisah. Sastra tidak lahir dari kekosongan dan tidak jatuh dari langit. Hal ini sejalan dengan pendapat Greenblatt, 2005 menegaskan bahwa dunia yang digambarkan dalam karya sastra bukanlah sebuah dunia alternatif, melainkan sebuah cara mengintensifkan dunia tunggal yang kita huni. Dalam mengkaji jaringan tersebut, new historicism menekankan dimensi politis ideologis produk-produk budaya. Dengan demikian, sejalan yang dikemukakan Budianta 2006 sejarah, sastra, monumen, potret, mode, uang adalah bagian dari sistem tanda yang mewakili dan sekaligus menghadirkan kembali sesuatu di luar dirinya dengan menyusun dan memilih tanda-tanda dalam sistem yang ada. Dengan demikian, melihat konstruksi Indonesia dalam sastra drama dan membandingkan dengan teks nonfiksi akan merepresentasikan kondisi Indonesia ketika karya itu terlahir. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Yang dideskripsikan adalah data-data dalam cerita berupa perubahan-perubahan atau perbedaan-perbedaan dari dongeng Jaka Tarub ke Drama Jaka Tarub. Metode ini dipakai karena penelitian ini menafsirkan dan menguraikan data yang ada dalam Drama Jaka Tarub karya Akhudiat. Di dalam drama ini terdapat peruntuhan-peruntuhan atau interpretasi baru atas cerita yang selama ini dikenal. Perubahan dan perbedaan inilah yang akan ditafsir dan dideskripsikan. Metode ini digunakan untuk pemenuhan kebutuhan dalam memecahkan masalah yang sedang dianalisis dengan memaparkan keadaan objek penelitian berdasarkan data yang muncul. Data yang ada di dalam teks dianalisis melalui kalimat atau paragraf yang dapat memberikan informasi mengenai perubahan-perubahan dan perbedaan-perbedaan antara dongeng dan drama. Suar Bétang Vol. 14, No. 1, Juni 2019, halaman 37—44 ISSN 1907-5650 40 Pengumpulan data dilakukan dengan metode pustaka melalui teknik baca, simak dan catat. Kemudian dibuat klasifikasi berdasarkan karakteristik data yang dibutuhkan. Penginterpretasian dilakukan dengan pendekatan new historicism yang menafsir setiap perubahan dengan peristiwa sejarah saat drama dibuat/diterbitkan. Penafsiran dilakukan dengan memaknai perubahan dengan melihat hubungan antara peristiwa dan kondisi historis yang di dalamnya beroperasi makna implisit, tidak langsung, dan tidak pasti. Ia menciptakan makna baru yang dikontekstualisasi dengan waktu kini. PEMBAHASAN Akhudiat, dramawan nasional, aktif dalam Bengkel Muda Surabaya yang dikenal produktif era- 70-an. Bahkan lima naskah dramanya memenangkan hadiah pada lomba penulisan naskah drama Dewan Keseniaan Jakarta 1972 – 1977. Adapun lima naskah tersebut adalah Graffito tahun 1972, Jaka Tarub 1974, Rumah Tak Berasap Rumah Tak Beratap 1974, Bui 1975, dan RE 1977. Berkat kelima naskah dramanya tersebut, Akhudiat berkesempatan mengeyam pendidikan di International Writing Program, Universitas of Lowa, USA, pada tahun 1975. Teater pimpinan Akhudiat terkenal karena rombongan kentrungnya dengan sentuhan ―kekinian‖, baik dalam kostum dan teknik pemanggungan. Akhudiat dikenal memadukan unsur modern dan tradisional dalam pementasan-pementasannya. Di bawah ini akan dibahas drama Jaka Tarub Akhudiat, 1974 yang menjungkirbalikan cerita rakyat Jaka Tarub. Reinterpretasi dan Rekonstrusi Cerita Jaka Tarub Sudah dijelaskan di atas bahwa sastra tidak bisa dilepaskan dari mitologi yang merupakan sangkutan dari konsep dan gagasan yang dilahirkan dan dikembangkan manusia. Sastra mendasarkan dirinya pada mitologi agar di samping padat, mampu menjangkau khalayak yang sejak ribuan tahun lamanya sudah dibentuknya. Akhudiat dalam drama Jaka Tarub mencantolkan pada cerita rakyat/mitos Jaka Tarub. Namun, pengarang meruntuhkan bahkan menjungkirbalikan kisah klasik tersebut. Drama Jaka Tarub karya Akhudiat terdiri atas dua babak. Babak pertama, bercerita tentang siapa tokoh Jaka Tarub, bagaimana sepak terjang dan penampilannya. Diceritakan juga bahwa Nawang Wulan dan beberapa bidadari yang memerkosa Jaka Tarub. Dalam babak satu ini banyak adegan-adegan konyol dilakukan para tokohnya. Babak dua bercerita tentang keberadaan tokoh Macan yang ingin memperkenalkan Nawang Wulan dengan seorang produser film yang ingin mempopulerkan Nawang Wulan menjadi aktris. Ternyata keinginan Nawang Wulan untuk menjadi aktris tidak mendapat tanggapan dari Jaka Tarub, bahkan ia menentang dan ingin membawa pergi Nawang Wulan. Pelukisan awal drama Jaka Tarub memang sedikit mengejutkan bagi pembaca yang sudah akrab dengan cerita Jaka Tarub. Tokoh Jaka Tarub dalam drama ini bukan gambaran tokoh Jaka Tarub yang sudah dikenal umum, tetapi seorang koboi. Begitu juga tokoh Nawang Wulan. Dalam bayangan pembaca, Nawang Wulan adalah bidadari yang cantik, lembut, dan kehilangan selendang saat mandi. Namun, dalam drama ini Nawang Wulan juga ditampilkan berbeda. Dia seorang wanita ambisius yang mengejar karier sebagai model dan aktirs. Di bawah ini bagaimana gambaran tampilan Jaka Tarub dan Nawang Wulan. JAKA TARUB Masuk ke tempat bermain. Berpakaian mode anak muda sekarang dan mencangklong ransel pelancong di punggung. Rahayu, dkk. Representasi dan Rekonstruksi … 41 NAWANG WULAN Masuk dari kiri. Pakaian over-all, bagian atas back-less. Mencangklong tas pelancong, siap melancong Dari kutipan di atas keduanya tampil layaknya pemuda masa kini. Jaka Tarub tokoh yang sengaja dibangunkan dalang, dia pun sudah bosan tinggal di museum. Ketika sang dalang memanggil untuk bermain, Jaka Tarub senang bukan main, seperti tampak dalam kutipan di bawah ini. JAKA TARUB Saya sumpek di museum, Kakek. Ketika kau panggil aku dan kau bangkitkan dari mati-wayang bukan kepalang girangku. Aku meregang dari himpitan kitab² tebal berdebu, meloncat lewat jendela belakang dan lari di semak² kayu kangkung. Dalam dongeng Jaka Tarub diawali dengan hilangnya selendang salah satu bidadari. Bidadari yang kehilangan selendang, Nawang Wulan, akhirnya bersedia ikut Jaka Tarub karena teman-temannya sudah meninggalkannya kembali ke khayangan. Nawang Wulan mengikuti kemauan Jaka Tarub untuk menjadi istrinya. Namun, dalam drama ini bidadarilah yang mengejar-ngejar Jaka Tarub dan memperkosanya. Dalang yang terlibat dalam cerita menjadi kebingungan dengan jalinan cerita yang tidak biasa ini. Penulis menarik tokoh Jaka Tarub dalam situasi ―kekinian‖. Jaka Tarub & Nawang Wulan main silat & yudo dengan seru. Diakhiri ketawa dalam salam tangan, pipi, bibir, pelukan, dan melantai mulai irama manis sampai jingkrak² rock. Musik. Dari Perang sampai Dansa. Dalam drama Jaka Tarub, Akhudiat tidak sekadar menawarkan hiburan kepada pembaca, tetapi juga menghadirkan hasil renungan yang dalam dan gayut dengan masalah sosial budaya. Tokoh dan peristiwa di dalamnya diubah oleh pengarang sedemikian rupa karena ada gagasan dan konsep yang ingin disampaikan. Di bawah ini akan dilakukan analisis gagasan-gagasan yang disampaikan pengarang dengan perubahan-perubahan tersebut. Drama Jaka Tarub Protes kepada Kondisi Sosial Tahun 70-an Proses penciptaan cerita baru berdasarkan dongeng klasik atau mitos merupakan hal yang biasa dipraktikkan para pengarang di mana pun. Di samping itu, mitos dan segala jenis dongeng lain bisa sering dijadikan acuan dalam karya sastra untuk mengungkapkan gagasan atau konsep tertentu tanpa harus mengungkapkannya dengan berbelit-belit karena sudah dikenal luas. Dalam khasanah sastra modern Indonesia, kisah mengenai Roro Mendut juga dijadikan dasar cerita oleh setidaknya dua sastrawan terkemuka kita, Ajip Rosidi dan Mangunwijaya. Kisah klasik mengenai cinta sejati dan abadi itu diolah kembali dan diberi latar gagasan baru yang sesuai dengan zaman ketika karya diciptakan. Dalam hal Karya Mangunwijaya, misalnya, segi feminisme dan perjuangan menegakkan keadilan menjadi jelas, suatu aspek yang di dalam cerita aslinya tidak ditonjolkan. Tahun 70-an kondisi politik di Indonesia yaitu bergantinya Orde Lama menjadi Orde Baru. Berharap perubahan yang lebih baik bagi kehidupan rakyat. Namun, dalam kepemimpinan Orde Baru mulai terasa ketimpangan sosial yang tidak juga surut dengan adanya perubahan poltik karena gugurnya Orde Lama. Bahkan ketimpangan sosial semakin lebar. Drama adalah jenis kesenian yang ditulis berdasarkan maksud untuk berbicara langsung dengan khalayak yang sedang mengalami masalah, dalam bentuk apa pun. Suar Bétang Vol. 14, No. 1, Juni 2019, halaman 37—44 ISSN 1907-5650 42 Kecenderungan ini sebenarnya tampak dalam hampir semua drama yang ditulis pada masa itu. Kekuasaan, politik, ketimpangan sosial, dan sebangsanya menjadi bahan utama dalam penulisan drama-drama tahun 70-an. Perubahan politik yang terjadi hanya memberi harapan sementara, sedangkan para seniman masih melihat begitu banyak masalah yang tidak terpecahkan dalam masyarakat. Itulah yang menjadi sumber yang sangat kaya bagi penulis drama kita. Dalam drama-drama tahun 70-an para dramawan menunjukkannya dalam berbagai cara. Mereka menyindir, mengejek, bahkan marah dalam menyampaikan amanat untuk mengingatkan kita semua akan masih adanya berbagai ketimpangan politik, ketimpangan sosial, dan dan semua yang berkaitan dengan itu menjadi bahan utama dalam penulisan drama Jaka Tarub karya Akhudiat. Dia menghidupkan tokoh klasik Jaka Tarub dalam dunia sehari-hari. Sindiran-sindiran pedas disampaikan dalam bentuk dialog juga koor nyanyian, seperti tampak dalam kutipan di bawah ini. DALANG Masya Allah.… Semadi Siluman segala siluman yang ngendon di terowongan Priok dan terowongan segala tanjung silakan angkat kaki atau digulung kembalilah jadi manusia kerja baik² sebagai pegawai negeri gajimu sudah mending ketimbang Dalang Kentrung. Kutipan di atas merupakan sindiran pada ―siluman‖ yang berkeliaran di Tanjung Priok. Sebuah pelabuhan besar yang menjadi pusat lalu lintas barang masuk dan barang keluar. Sebuah ladang strategis untuk perputaran uang yang sudah menjadi rahasia umum banyak siluman. Kondisi ekonomi Indonesia masa orde baru menitikberatkan sektor bidang ekonomi. Pembangunan ekonomi ini berkaitan dengan industri dan pertanian serta pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya. Namun Pelita VI yang diharapkan menjadi proses lepas landas Indonesia ke yang lebih baik lagi, malah menjadi gagal. Indonesia dilanda krisis ekonomi yang sulit di atasi pada akhir tahun 1997. Semula berawal dari krisis moneter lalu berlanjut menjadi krisis ekonomi dan akhirnya menjadi krisis kepercayaan terhadap pemerintah. Kondisi ekonomi yang kian terpuruk ditambah dengan KKN yang merajalela, Pembagunan yang dilakukan, hanya dapat dinikmati oleh sebagian kecil kalangan masyarakat. Karena pembangunan cenderung terpusat dan tidak merata. Meskipun perekonomian Indonesia meningkat, tapi secara fundamental pembangunan ekonomi sangat rapuh. Dalam dijelaskan bahwa dampak negatif kebijakan ekonomi orde baru, yaitu 1 Kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup dan sumber daya alam 2 Perbedaan ekonomi antardaerah, antargolongan pekerjaan, antarkelompok dalam masyarakat terasa semakin tajam. 3 Terciptalah kelompok yang terpinggirkan Marginalisasi sosial 4 Menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang erat dengan KKN Korupsi, Kolusi dan Nepotisme 5 Pembagunan yang dilakukan hasilnya hanya dapat dinikmati oleh sebagian kecil kalangan masyarakat, pembangunan cenderung terpusat dan tidak merata. 6 Pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi tanpa diimbangi kehidupan politik, ekonomi, dan sosial yang demokratis dan berkeadilan. 7 Meskipun pertumbuhan ekonomi meningkat tapi secara fundamental pembangunan ekonomi sangat rapuh. 8 Pembagunan tidak merata tampak dengan adanya kemiskinan di sejumlah wilayah yang justru menjadi penyumbang devisa terbesar. Kondisi inilah yang kemudian menjadi bahan sindiran dalam drama Jaka Rahayu, dkk. Representasi dan Rekonstruksi … 43 Tarub. Kebobrokan yang terjadi dalam masyarakat karena kebijakan-kebijakan pemerintah. Salah satunya Indonesia harus impor, tapi beras yang dijual untuk masyarat kelas bawah kualitasnya buruk, seperti ditunjukkan dalam kutipan di bawah ini. JAKA TARUB Aku harus tahu. Sudah lama perutku protes kenapa nasi yang kau tanak bau dedak. NAWANG WULAN O berasnya impor sisa makanan kuda. JAKA TARUB Apa kita rakyat kelas di bawah jaran? NAWANG WULAN Sana tanya jagoan Tanjung Priok. Pengarang drama, Akhudiat, dengan sadar menyebutkan bahwa dramanya sebuah parodi. Karya parodi sengaja memelesetkan dari yang sebenarnya. Selain bertujuan untuk lucu-lucuan parodi juga lebih sering menyindir dengan cara yang kasar. Sindiran lebih sering ditujukan kepada pemerintah atas kebijakan-kebijakan yang dihasilkan. Kutipan di bawah menunjukkan sindiran pada pemerintah yang berutang. KOOR Nyanyi Dari barat sampai ke timur bikin proyek miniatur KOOR Dari s’latan sampai utara tanam padi tumbuh hutang Demikianlah, dengan ―memelintir‖ dongeng Jaka Tarub, Akhudiat ingin menyampaikan cara baru dalam memandang berbagai masalah sosial dan budaya yang terjadi pada saat itu. Akhudiat meminjam cerita rakyat sekaligus memanfaatkan teater tradisional Kentrung dalam menyampaikan pesannya. PENUTUP Gagasan-gagasan itu perlu agar kisah klasik tersebut bisa tetap memiliki kaitan dengan kehidupan modern. Tidak hanya itu sastrawan masa kini bisa menggunakan mitos sebagai landasan untuk memasukkan ideologinya. Tokoh dan peristiwa di dalamnya bisa diubah sedemikian rupa sehingga sesuai dengan apa yang dikehendaki pengarangnya. Akhudiat menyampaikan gagasan-gagasan dalam mereaksi kondisi sosial dengan cara meminjam dongeng Jaka Tarub yang sudah dikenal luas. Dongeng itu diruntuhkan untuk menyampaikan ideologinya. Dengan demikian, teks sastra yang merefleksikan sejarah dapat diposisikan sebagai pembacaan sejarah dari versi yang lain. Suar Bétang Vol. 14, No. 1, Juni 2019, halaman 37—44 ISSN 1907-5650 44 DAFTAR PUSTAKA Akhudiat. 1974. Jaka Tarub. Surabaya Dewan Kesenian Jawa Timur. Barry, P. 2002. Beginning Theory An Introduction to Literary and Cultural Theory. Manchester Manchester University Press. Budianta, M. 2006. Budaya, Sejarah, dan Pasar New Historicism dalam PErkembangan Kritik Sastra. Jurnal Susastra, 23, 1-19. Damono, S. D. “Kelisanan dalam Keberaksaraan Kasus Puisi Indonesia Modern,” dalam Kalam Jurnal Kebudayaan, edisi 13. Damono, S. D. 2005. Pegangan Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. Danandjaja, J. 2002. Folklor Indonesia Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain. Jakarta Grafiti. Foucault, M. 2011. Pengetahuan dan Metode Karya-Karya Penting Foucault. Yogyakarta Jalasutra. Greenblatt, S. 1989. Toward a Poetics of Culture. In The New Historicism. New York & London Routledge. Greenblatt, S. 2005. The Touch of The Real. In The Greenblatt Reader Stephen Greenblatt. Blackwell Publishing. Junus, U. 1981. Mitos dan Komunikasi. Jakarta Sinar Harapan. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this BudiantaBudayaDan SejarahPasarBudianta, M. 2006. Budaya, Sejarah, dan Pasar New Historicism dalam PErkembangan Kritik Sastra. Jurnal Susastra, 23, dalam Keberaksaraan Kasus Puisi Indonesia ModernS D DamonoDamono, S. D. "Kelisanan dalam Keberaksaraan Kasus Puisi Indonesia Modern," dalam Kalam Jurnal Kebudayaan, edisi Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan NasionalS D DamonoDamono, S. D. 2005. Pegangan Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Indonesia Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lainJ DanandjajaDanandjaja, J. 2002. Folklor Indonesia Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain. Jakarta dan Metode Karya-Karya Penting FoucaultM FoucaultFoucault, M. 2011. Pengetahuan dan Metode Karya-Karya Penting Foucault. Yogyakarta a Poetics of CultureS GreenblattGreenblatt, S. 1989. Toward a Poetics of Culture. In The New Historicism. New York & London Routledge.
Mahasiswa/Alumni Universitas Muria Kudus06 April 2022 2113Halo Heru H. Kakak bantu jawab, ya. Jawaban dari soal di atas adalah Akhudiat. Yuk simak pembahasan berikut. Legenda Jaka Tarub adalah salah satu cerita rakyat yang diabadikan dalam naskah populer Sastra Jawa Baru, Babad Tanah Jawi. Kisah ini berputar pada kehidupan tokoh utama yang bernama Jaka Tarub "pemuda dari Tarub". Setelah dewasa dia digelari Ki Ageng Tarub. Lakon teater “Jaka Tarub†merupakan karya Akhudiat. Jadi, jawaban yang tepat adalah Akhudiat. Terimakasih sudah bertanya dan menggunakan Roboguru, semoga membantu ya
dalam lakon drama jaka tarub pesan yang ingin disampaikan adalah